Tampilkan postingan dengan label kopi organik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kopi organik. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 September 2020

Kopi Robusta Banjarnegara, Dipanen Dengan Kesabaran dan Cinta

 Kopi Robusta Banjarnegara, Dipanen Dengan Kesabarandan Cinta



Banjarnegara sejumlah tahun terakhir mulai mengindikasikan peningkatan buatan dalam dunia per-kopi-an. Single origin kopi dari Banjarnegara sudah tidak sedikit bermunculan laksana arabika Ratamba dari Pejawaran, arabika Senggani dari Pegundungan, arabika Kalibening, arabika Kasmaran dari Pagentan.

 

Kok kopi arabika semua? ya enggak lah, Single origin robusta Banjarnegara pun ada tidak sedikit kok. Seperti salah satunya kopi robusta hasil panen di antara petani kopi muda dari Desa Pesangkalan. Indra Cahaya Kusuma dengan sabar dan sarat cinta mengasuh lebih dari 500 pohon kopi robusta di lahan kebunnya yang berada pada elevasi 800mdpl. Pohon kopi yang sudah dia tanam semenjak tahun 2011 sudah sejumlah kali panen dengan kualitas baik.

 


Kita tahu bahwa karakter kopi robusta paling tajem dengan rasa pahitnya. Kalau saya bilang rasa pahit “getir” di tenggorokan. Mas Indra dengan hati-hati mengubah proses pasca panen kopinya sampai menghasilkan kopi robusta yang mempunyai karakter rasa cokelat dan manis terasa di lidah, dan gak berasa getirnya. Rasa pahitnya ya tentu masih tetep terdapat lah, namanya pun kopi.

 

“Kopi robusta Pesangkalan tergolong kopi organik, guna sertifikatnya masih dalam proses pengusulan yang ditolong oleh Dinas Pertanian ke Lembaga Sertifikasi Pangan Organik (LSPO),” kata Mas Indra.

Kopi organik tersebut loh, yang pohonnya aja ditanam dan diasuh tanpa memakai zat kimia, tanpa dihujani dengan pestisida dan herbisida. Begitu pun dengan proses pasca panen yang tidak memakai bahan kimia.

 


Oh iya, Mas Indra pun memelihara sejumlah luwak untuk mengubah kopi hasil panennya menjadi kopi luwak. Nah loh, baru tau kan di Banjarnegara jebul udah terdapat yang buatan kopi luwak.

 

Sejarah Kopi Robusta di Indonesia



 

Sejarah Kopi Robusta di Indonesia

Sejak tahun 1616, seduhan kopi telah mulai dikenal di Indonesia. Masyarakat mengenal kopi Arabica dan Robusta, serta terdapat pula jenis kopi Liberika dan Ekselsa. Bagaimana sejarahnya sampai masuk dan diterima di Indonesia?

 

Kopi adalah minuman universal. Dikenal di desa-desa dengan perlengkapan tradisional, sampai kelas coffee shop dengan mesin modern dan penyajian menarik. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS dari Departemen Agronomi & Hortikultura Fakultas Pertanian IPB berbagi kisah pada detikFood mengenai sejarah panjang masuknya kopi di Indonesia.

 


Kopi kesatu kali masuk Batavia dan ditanam di perkebunan Kedawoeng tahun 1696. Tiga tahun kemudian, tumbuhan kopi mati sebab terjadi gempa dan banjir. Kemudian didatangkan bibit baru, dan disebar ke wilayah lain. Tahun 1876, jenis kopi ini merasakan kehancuran sebab serangan penyakit karat daun. Kini, lokasi kopi Arabika di Indonesia melulu tersisa 10% di Aceh Tengah, Malang, Jember, Bali, Sumatera Utara dan Selatan

 

Menyikapi penyakit karat daun pada Arabika, lantas didatangkan jenis kopi Liberika dari distrik Monrevia dan Liberia pada tahun 1875. Didatangkan jenis kopi ini guna menggantikan kopi Arabika, tetapi ternyata pun tak dapat dikembangkan. "Jenis kopi ini pun kurang digemari karena rasanya terlampau asam dan lebih pahit," kata pengarang publikasi berjudul 'Pengaruh Pupuk Organik dan Intensitas Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta' ini

 

Jenis kopi ini berasal dari hutan equator Afrika, dan didatangkan tahun 1900. Seperti halnya Liberika, Robusta pun didatangkan untuk menanggulangi penyakit karat daun. Rupanya, Robusta mempunyai pertumbuhan yang kuat, pemeliharaannya ringan, pun dengan hasil buatan lebih tinggi. Kini, jenis kopi Robusta mendominasi selama 90% lokasi kopi di Aceh, Tapanuli, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, pun Sumatera Selatan.

 


Di antara ketiga jenis kopi lain, nama kopi Ekselsa sangat jarang terdengar. Kopi Ekselsa dirasakan minim peminat, sebab cita rasanya terlampau asam dan pahit. "Harga jenis kopi Ekselsa sebetulnya lebih tinggi dari Robusta. Jenis ini kini sedang dikembangkan pulang di Indonesia sebagai kopi specialty," ungkap lelaki yang pun adalahanggota Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) dan Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI)

 





Mana Lebih Aman, Kopi Arabika atau Robusta?

Mana Lebih Aman, Kopi Arabika atau Robusta? Bagi semua pencinta kopi, pastinya istilah kopi arabika dan robusta telah tidak asing lagi di...